Kamis, 10 Maret 2011

PROPOSAL PTK

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Metode   
Quantum Teaching dan Snowball Throwing
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa (Indra Jati Sidi, 2004:4). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama.
Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut.
Merunut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.
Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk mendesain pembelajaran yang bermakna masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan agak sulit.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran IPS di SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari diperoleh informasi bahwa selama proses pembelajaran, guru belum memberdayakan seluruh potensi siswa sehingga sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu menghafal fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak luput dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.
Upaya untuk membangkitkan motivasi siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Boyolali dalam pembelajaran IPS sudah dilakukan guru kelas dengan berbagai macam cara, seperti memberi kesempatan siswa untuk bertanya dan mengemukakan gagasan, serta mendesain pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok. Namun demikian, hasil pembelajaran IPS pada Ulangan Harian Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 belum begitu memuaskan. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata nilai IPS yang hanya 68 berada pada urutan ke-3 setelah Bahasa Indonesia (rata-rata 76), PKn (rata-rata 72), dan Matematika (rata-rata 71).
Terkait belum optimalnya hasil belajar IPS siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Kabupaten Boyolali,  maka penulis berupaya untuk menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing secara kolaborasi sebagai salah satu alternatif pembelajaran bermakna yang bermuara pada pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: "Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing Siswa Kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Kabupaten Boyolali".
B. Rumusan  Masalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
1.     Dapatkah Model pembelajaran Kolaborasi Quantum Teaching dengan           Snowball Throwing Mendingkatkan Minat belajar Siswa Kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari
2.     Apakah Model pembelajaran Kolaborasi Quantum Teaching dengan        Snowball Throwing memampukan sisiwa menguasai materi pelajaran ?
3.     Dapatkah model Pembalajaran Kolaborasi antara Quantu Teaching dan        Snow Ball Throwing meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Boyolali?
                                                                                      
C. Tujuan
      Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui
1.      Seberapa besar Semangat siswa mengikuti pelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kolaborasi Quantum Teaching dengan SnowBall Throwing
2.      Seberapa besar penguasaan materi siswa terhadap pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kolaborasi Quantum teaching dan Snowball Throwing
3.      Seberapa besar peningkatan Hasil belajar siswa pada pembelakaran IPS SD kelas V melalui Model Pembelajaran Kolaborasi Quantum teaching dan Snowball Throwing
D. Manfaat Hasil Penelitian .
     Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi
1.         Siswa ;  dapat menimbulkan minat belajar  dan akhirnya pada gilirannya dapat   meningkatkan hasil belajar.
2.         Guru;  mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna yang berguna untuk mengembangkan kemampuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
1. Konsep Dasar Pembelajaran IPS di SD
Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu (B. Suryosubroto, 1997:148).
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia (Kartono Dkk, 2009:31-35). Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.
2. Ranah Hasil Belajar IPS
Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni
      (a) ketrampilan dan kebiasaan,
(b) pengetahuan dan pengertian,
(c) sikap dan cita-cita.
 Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.
Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni
(a) informasi verbal,
(b) keterampilan verbal,
 (c) strategi kognitif,
(d) sikap, dan
(e) ketrampilan motoris.
Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22).
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris,
(a) gerakan refleks,
(b) keterampilan gerakan dasar,   
(c) kemampuan perseptual,
(d) keharmonisan atau ketepataan,
(e) gerakan keterampilan,
(f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS.
 

3. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing
      a. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Tintin Heryatin (2004) mengenai pengembangan model pembelajaran Quantum dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalam rangka pengembangan kurikulum berbasis sekolah menyimpulkan bahwa model pembelajaran quantum dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 2 SMU, dengan hasil belajar rata-rata memuaskan dan dapat mendorong perkembangan psikologis siswa untuk lebih percaya diri dan menghargai setiap keberhasilan sekecil apapun (http://pps.upi.edu/org/abstrak thesis/abstrakpk/abstrakpk04.html).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu di atas maka dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi  melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya.
b. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing
Menurut Bobby de Porter sebagaimana di kutip Sugiyanto, Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar (Sugiyanto, 2009:67-78).
Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni:
Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning. Teori belajar Koneksionisme dengan tokohnya Thorndike berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Bilamana terjadi koneksi antara R - S dan diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka koneksi itu menjadi lebih kuat. Sebaliknya bila koneksi, diikuti dengan keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan koneksi akan menjadi berkurang (Hilgard dan Bower dalam TIM MKDK IKIP Semarang, 1990:110).
Hal lain yang mendasari pentingnya penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi UNESCO, yakni: belajar mengetahui (learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be) (Depdiknas, 2001:5).
Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut:
1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi,
 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya,
 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok,
5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran,
6) evaluasi, dan
B. Kerangka Berpikir
Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan salah satu wujud aplikasi pembelajaran bermakna dalam mata pelajaran IPS. Melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing, siswa dilibatkan secara holistik baik aspek fisik, emosional, dan intelektualnya
Serangkaian kegiatan penerapan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing merupakan refleksi dari sistem Tandur yakni Tumbuhkan (memberikan apersepsi), Alami (memasangkan kartu kata dan mengomentari salah satu negara ), Namai (menyimpulkan materi), Demostrasikan (melakukan Snowball Throwing), Ulangi (merangkum materi dalam lagu), dan Rayakan (memberi reward).

C. Hipotesis
Hipotesis adalah kalimat pernyataan penelitian yang dihasilkan dari hasil kajian teoretis dunia pustaka. Pernyataan ini merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian (Purwadi Suhandini, 2000:7). Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing ada peningkatan hasil belajar IPS. Adapun indikator kinerjanya adalah sebagai berikut:
1.      Guru terampil mengelola proses pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing .
2.      Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti peelajaran IPS yang ditandai dengan aktivitas siswa minimal baik dalam lembar observasi.
3.      95% siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Boyolali   mengalami ketuntasan belajar dalam materi .

III.   METODOLOGI PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Adapun yang menjadi sasaran tindakan penelitian adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari Boyolali  TA 2009 / 2010 yang akan dicobakan dengan model pembelajaran Kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing  dalam jangka waktu 3 bulan dengan rincian sebagai berikut : persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan.
B.     Subyek penelitian
Sobyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Muhammadiyah PK Nogosari Boyolali yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 20 siswa perempuan dan 15 siswa perempuan
C.    Data dan Sumber Data
Sumber data terdiri dari :
1.      Siswa dan Guru
2.      aktivitas pembelajaran
3.      Dukumen hasil pembelajaran
4.      Sylabus dan RPP
D.    Teknik Pengumpulan data
1.      Pengamatan
2.      wawancara dan diskusi
3.      Kajian dukumen
4.      Angket
5.      Tes
E.     Analisis data
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif (Supardi, 2006:131). Terhadap perolehan hasil belajar IPS dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan nilai pada hasil belajar siswa. Data-data tersebut dianalisis mulai dari siklus satu dan siklus dua untuk dibandingkan dengan teknik deskriptif presentase. Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kriteria deskriptif prosentase, yang dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang sebagai berikut:  
Klasifikasi Kategori Tingkatan dan Prosentase
Kriteria Nilai Penafsiran
Baik Sekali 86 - 100 Hasil belajar baik sekali
Baik 71- 85 hasil belajar baik
Cukup 56 - 70 Hasil belajar cukup
Kurang 41 - 55 Hasil belajar kurang
Sangat Kurang < 40 Hasil belajar sangat kurang (Depdiknas, 2002:4)
Hasil observasi dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat, dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan.
F.     Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini merujuk pada model Kurt Lewin yang terdiri atas empat komponen pokok penelitian kelas yakni:
1) perencnaaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflecting).
Menurut Sarwiji Suwandi (2009:27),
Model Kurt Lewin dapat digambarkan sebagai berikut:
A. Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) materi pokok negara-negara  dengan indikator:
(1) Mengidentifikasi berdirinya Asean (Association of South East Asia Nations),
(2) Mengidentifikasi negara-negara tetangga (Asia Tenggara). Pada pelaksanaan siklus 1 direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelumnya penulis melakukan beberapa hal antara lain:
·         Tumbuhkan, guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mendengarkan cerita guru tentang latar belakang negara-negara di Asia Tenggara, dilanjutkan dengan pembentukan nama kelompok dengan nama-nama negara Asean.
·         Alami, siswa memasangkan kartu kata tokoh pendiri Asean dengan asal negaranya, kegiatan ini dilakukan secara berkelompok.
·         Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.
·         Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing dengan cara setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut dikepal menjadi bulat seperti bola. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru.. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Kelompok yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
·         Ulangi, guru merangkum materi dan dirangkum menjadi sebuah lagu. Lagu tersebut diadopsi dari lagu-lagu yang sudah familiar bagi siswa ( OO Kamu Ketahuan / Mata Band ), kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
·         Rayakan, kelompok yang dapat menjawab pertanyaan paling banyak dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa Lagu – lagu “Madu Dan Racun “
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan  Wakil kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS
4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru, serta menyesuaikan dengan ketercapaian indikator kinerja maka peneliti mengubah strategi pada siklus dua agar pelaksanaannya lebih efektif.
B. Siklus II
1. Perencanaan
Pada tahap ini penulis menyusun rencana pembelajaran (RP) masih materi pokok negara-negara tetangga (Asia) dengan indikator:
(1) mengidentifikasi keadaan sosial negara-negara tetangga,
(2) Membandingkan keadaan pemerintah, penduduk, ekonomi, sosial, budaya negara-negara Asia Tenggara Dalam hal ini siswa sudah mengetahui tentang anggota negara-negara Asean yang sekarang.
Siklus II  direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan sebagai berikut:
·         Tumbuhkan,  guru menumbuhkan minat belajar siswa dengan mengamati peta negara-negara Asia Tenggara, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan kelompok dengan menggunakan nama ibukota negara-negara Asia Tenggara
·         Alami, secara berkelompok siswa memberi komentar tentang keadaan sosial salah satu negara di Asia Tenggara.
·         Namai, siswa menyimpulkan materi berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya dengan bimbingan guru.
·         Demonstrasikan, siswa melakukan Snowball Throwing, setiap kelompok menyiapkan satu pertanyaan yang ditulis dalam kertas kosong, lalu kertas tersebut digulung dimasukkan ke dalam bola yang di belah kemudian di tutup dengan isolatif. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk melempar bola tersebut ke kelompok lain dengan waktu yang sudah ditentukan oleh guru. Kelompok lain berusaha menangkap bola tersebut. Siswa yang terakhir memegang bola mendapat kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari bola tersebut.
·         Ulangi, siswa merangkum materi dalam bentuk lagu dengan bimbingan guru kemudian dinyanyikan berulang-ulang.
·         Rayakan,kelompok yang tergiat dalam pembelajaran tersebut berhak mendapatkan reward berupa Yel – Yel , misalnya dengan “You are the best “
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan evaluasi
3. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara kolaboratif dengan melibatkan Wakil  kepala sekolah untuk mengamati tingkah laku dan sikap siswa ketika mengikuti pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing. Di samping itu, observasi juga dilakukan terhadap guru yang menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS.

4. Refleksi
Setelah mengkaji hasil belajar IPS siswa dan hasil pengamatan aktivitas guru maka peneliti mengecek apakah indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya sudah tercapai. Bila belum tercapai maka peneliti tetap melanjutkan siklus berikut, dan seterusnya sampai mencapai indikator kinerja.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwiji Suwandi, Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah, Surakarta: Panitia Sertifikasi Rayon 13, 2009
Sugiyanto, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Surakarta : Panitia sertifikasi rayon 13, 2009
B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.. Jakarta: ineka Cipta.
Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas. …2002
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas. …..2006
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas, 2005
Indra Jati Sidi, Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas, 2004
 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002
Purwadi Suhandini,  Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Lemlit UNNES. 2000
Puskur Balitbang Depdiknas. Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com) 2003.upadate 25 desember 2009
Supardi, Suharsimi Arikunto,  Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Bumi Aksara. 2007
Tim MKDK IKIP Semarang. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.1990
Tintin Heryatin. Pengembangan Model Pembelajaran Quantum dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dalam Rangka Pengembangan Kurikulum Berbasis Sekolah. Hasil Penelitian. (http://pps.upi.edu/org/ abstrakthesis/abstrakpk/abstra). update 25 Desember 2009.
 



Materi pelajaran
Kemampuan Dasar
Pengembangan keilmuan
Pegembangan diri

Menyiapkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif, mandiri dan berakhlaq mulia dengan prinsip melayani dan memuliakan

Muqoddimah

Menghadapi era globalisasi dan berbagai tantangan masa depan, rasanya tidak cukup dengan pribadi yang memiliki kecerdasan intelektual semata namun perlu dikokohkan dengan kecerdasan spiritual. Bahkan kecerdasan spiritual ini memegang peran cukup urgent (penting) untuk melahirkan pribadi yang tak mudah rapuh dan tergerus godaan zaman. Pesatnya arus informasi dan maraknya penyebaran nilai-nilai kehidupan dari berbagai belahan dunia melalui media TV, perlu mendapatkan perhatian khusus agar seorang anak tumbuh menjadi generasi yang maju dalam sisi intelektual dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kehidupan sesuai dengan nilai moral dan agama.

Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bernuara pada pencapaian tujuan tertentu yang dinilai dan diyakini sebagai tujuan yang ideal. Oleh karena  SD Muhammadiyah Program Khusus Nogosari didirikan untuk merespon tuntutan atas perubahan dan berkembangnya sistem pendidikan  dewasa ini.
SD Muhammadiyah PK Nogosari yang di resmikan oleh Bapak Prof. Dr. Amien Rais, MA. Pada tanggal 27 Juli 2007, mengupayakan terbentuknya manusia muslim yang berkualitas Ulul Albab dan berkarakter Islami,  SD Muhammadiyah PK bermaksud menjadikan “pusat unggulan ketauhidan dan keilmuan” melalui penerapan  Kurikulum Sekolah Syariah (KSS) dan kurikulum  inilah salah satu penyebab SD Muhammadiyah PK menjadi unggulan di Nogosari dan sekitarnya.
   
Tujuan Pendidikan
Pendidikan SD Muhammadiyah PK  menerapkan integrateed curriculum yang berorientasi pada 3 pilar utama yaitu  (1) Menanamkan jiwa keberagamaan yang kuat sesuai dengan ajaran Islam, sehingga melahirkan iman yang kokoh, taat beribadah dan berkarakter. (2) Menumbuhkembangkan seluruh potensi kecerdasan majemuk peserta didik (yang meliputi kecerdasan intelektual, emosional, intra personal, antar personal, kinestetik, spiritual, musikal, spasial, dan bahasa) dengan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar yang efektif. (3) Mengasah peserta didik dengan segala potensinya menjadi pribadi  yang berkarakter  dan bertanggung jawab,  Sehingga melahirkan anak didik :
  1. Beraqidah kuat (tarbiyatul aqoidiyah)
  2. berakhlaq mulia (tarbiyatul akhlaq)
  3. Berfikir cerdas (tarbiyatul fikriyah)
  4. sehat dan kuat (tarbiyatul jasadiyah)
  5. Kreatif dan mandiri (tarbiyatul amaliah) 
Sistem Pembelajaran
Dengan menerapkan sistem Pembelajaran  Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) diikuti dengan penyusunan jadwal yang bervariasi sesuai dengan kondisi pysikologi anak dengan pola satu kelas dibimbing 2 guru,  dan kegiatan out bound secara berkala.  Dengan  sistem pembelajaran yang demikian diharapkan;
  1. Adanya Kegiatan Belajar Mengajar yang kondosif sesuai prinsip PAIKEM
  2. Meningkaatkan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran
  
Materi pelajaran
Kemampuan Dasar
Pengembangan keilmuan
Pegembangan diri